Hai apa kabarmu? Semoga kabarmu baik karena karunia kesehatan yang terjaga. Tidak hanya fisik atau raga saja, tetapi semoga juga sehat pikiran dan jiwa kita.
Dua minggu kita tidak jumpa dan banyak sekali peristiwa terjadi di tengah bulan Mei yang banyak tanggal merahnya.
Diawali dengan Hari Buruh Sedunia 1 Mei, kita mendapati tanggal merah dan libur karena perayaan keagamaan. Tanggal 13 Mei adalah Kenaikan Isa Almasih. Bersamaan dengan itu adalah Hari Raya Idul Fitri 1442 H yang diberi dua hari libur, 13-14 Mei.
Mengembirakan libur bersamaan dua hari raya keagamaan itu. Tidak pernah dalam sejarah, Kenaikan Isa Almasih diberi ucapan sedemikan meriah. Ini tidak akan terjadi jika tidak bersamaan dengan Idul Fitri.
Karena itu, terima kasih untuk Idul Fitri. Ini adalah kebetulan yang menggembirakan untuk kebersamaan kita sebagai orang beriman. Kejadian ini baru akan terulang lagi tahun 2248 atau 1676 H.
Tidak cukup dua hari raya keagamaan, Mei ditutup dengan Hari Raya Waisak 2565 dan kita libur lagi. Bersamaan dengan hari itu, terjadi fenomena alam yang menggetarkan yaitu gerhana bulan total atau super blood moon.
Mei 2021 adalah bulan yang menyenangkan karena banyak hari libur, khususnya karena perayaan hari keagamaan. Untuk itu, terima kasih agama-agama karena memberi kita banyak hari libur.
Meskipun banyak hari libur, perasaan kita tidak sepenuhnya gembira. Banyak hari libur di masa pandemi membuat perasaan kita campur aduk karena potensi meluasnya penyebaran virus Covid-19.
Perasaan campur aduk itu sudah dinyatakan jauh-jauh hari oleh pemerintah dengan melarang dan membatasi perjalanan untuk mudik.
Langkah yang baik untuk menjaga kesehatan kita semua. Kebijakan dengan mencegah pergerakan orang dalam jumlah banyak di waktu bersamaan ini perlu didukung meskipun membuat libur kita jadi campur aduk rasanya.
Lebaran tetapi tidak boleh mudik. Hal yang aneh karena melawan tradisi atau kebiasaan kita bertahun-tahun. Tapi, inilah konsekuensi pandemi yang telah mengubah banyak tradisi dan kebiasaan kita.
Pandemi membuat banyak hal baik yang kita jalani tidak sama lagi. Belajar, sekolah, bekerja, beribadah dan segala macam kegiatan kita bersosialisasi yang umumnya kita optimalkan saat hari libur tidak sama lagi.
Di tengah semua larangan, pembatasan dan campur aduknya suasana hari saat hari libur, ke mana kamu saat banyak hari libur kemarin?
Setelah pelarangan dan pembatasan mudik dilonggarkan, saya cuti untuk perjalanan ke Klaten dan Yogyakarta bersama anak sulung saya yang sudah libur sekolahnya. Kami berdua melakukan perjalanan darat selama empat hari, 22-25 Mei.
Secara bergantian, saya biasa mengajak anak-anak saya melakukan perjalanan hanya dengan saya, tanpa saudaranya, tanpa ibunya. Perjalanan panjang dan hanya berdua membuat intensitas kebersamaan terbangun.
Saya makin mengenal anak saya. Anak saya makin mengenal saya. Kami berdua makin mengenal saudara sekandung yang tidak ikut serta dalam perjalanan. Ketidakhadiran mereka justru membuat kami makin mengenal karena mendapati ada sesuatu yang hilang.
Jika ada kesempatannya, luangkan waktu untuk hanya melakukan perjalanan berdua saja entah dengan anak atau pasangan, tanpa siapa-siapa lagi. Selain pengalaman perjalanan dan intensitas pengenalan, kita akan mendapati banyak pengalaman spiritual.
Contoh terbaru misalnya, saya bisa mengenali mimpi, harapan dan kecemasan anak saya. Saya tahu siapa idola anak saya yang sedang tumbuh remaja.
Selesai perjalanan, saya jadi terbuka dengan K-Pop, lagu-lagu barunya serta hal-hal update lainnya. Dari anak saya saya tahu lagu Butter dari BTS yang rilis saat kami memulai perjalanan darat dari Tangerang Selatan ke Klaten.