Hai, apa kabarmu? Semoga kabarmu baik karena anugerah kesehatan.
Buat kamu yang kurang baik kabarnya karena tengah berjuang untuk kembali sehat, semoga segera diberi anugerah kesehatan.
Saat saya menulis, sayup-sayup kumandang takbir Idul Adha menggema bersamaan dengan menyingsingnya mentari.
Sejak semalam sayup-sayup takbir itu menggema, menggantikan kabar duka yang seperti tanpa jeda dari pelantang yang sama.
Selamat Idul Adha buat kamu yang merayakan. Idul Adha kedua yang dirayakan dalam situasi pandemi semoga tidak mengurangi inti ibadah kurban kita.
Selain Idul Adha, Selasa (20/07/2021) adalah saat yang dinanti. Hari ini adalah akhir dari PPKM Darurat Jawa-Bali yang ditetapkan sejak 3 Juli 2021.
Evaluasi dilakukan pemerintah dengan acuan sejumlah indikator. Menjelang petang, keputusan atas PPKM Darurat akan diambil. Diteruskan atau disudahi.
Jika melihat acuan yang ditetapkan pemerintah, yaitu angka penularan harian sekitar 10.000 kasus, PPKM Darurat akan diteruskan.
Namun, dengan adanya tren penurunan beberapa hari ini dan membaiknya indikator di sejumlah daerah, penerusan PPKM Darurat akan dilakukan dengan sejumlah catatan atau modifikasi.
Mungkin kita bingung, nyaris 1,5 tahun menghadapi pandemi, kebijakan pemerintah berubah-ubah setiap saat.
Ada faktor ketidakcakapan di beberapa sektor, baik pemerintah pusat maupun daerah. Senyapnya kerja-kerja pemerintah daerah di tengah kesulitan warganya dan permintaan maaf pejabat pusat adalah peneguh akan hal ini.
Namun, menghadapi situasi ketidakpastian yang begitu tinggi, adaptif dalam merespons adalah langkah yang kerap menimbulkan kesan bahwa kebijakan berubah-ubah.
Terkait pemakaian masker, misalnya. Jika kita ingat di awal pandemi, penggunaan masker ditujukan hanya untuk mereka yang sakit.
Setelah virus merebak dan menular cepat, penggunaan masker ditujukan untuk semua orang, baik sehat maupun sakit. Masker yang dipakai disyaratkan tiga lapis.
Akhir-akhir ini, setelah varian Delta yang lebih ganas merebak, masker tiga lapis saja tidak cukup. Disarankan memakai masker yang lebih rapat atau memakai dua masker.
Dari perkara masker ini, kita tahu perubahan kebijakan diambil untuk merespons situasi aktual yang juga berubah-ubah. Karena situasi aktual sangat dinamis dalam arti sangat mudah berubah dan beredar di setiap wilayah, tidak heran jika kebijakan juga dinamis, berubah-ubah, atau berbeda satu daerah dengan daerah lainnya.
Melihat apa yang terlihat baik dilakukan wilayah lain atau negara lain tentu baik untuk pembelajaran.
Namun, menerapkan persis apa yang dilakukan wilayah lain atau negara lain tentu tidak tepat karena situasi aktualnya pasti berbeda dan unik.
Belum kalau kita melihat dan membandingkan kapasitas kepemimpinan dan layanan publik di wilayah atau negara itu dengan wilayah atau negara di mana kebijakan akan diterapkan.
Karena itu, kita tunggu saja apa hasil evaluasi PPKM Darurat Jawa-Bali, apakah akan diteruskan atau dihentikan.
Di tengah sejumlah kekurangan kerja-kerja pemerintah pusat dan daerah serta kritik nyata yang disampaikan, kita berharap mereka membuat pertimbangan yang utuh dan matang.
Apa pun yang akan diputuskan, satu hal akan tetap dan tidak berubah. Disiplin protokol kesehatan adalah kontribusi nyata paling minimal yang bisa kita sendiri lakukan untuk melandaikan kurva.
Sebanyak apa pun varian virus dengan tingkat keganasannya, masker dan sekarang dobel adalah pertahanan untuk tidak terpapar dan masuk dalam tubuh.