Atambua, GerbangIndo – Bupati Belu, dr. Taolin Agustinus dan Wakil Bupati Belu, Dr. Aloysius Haleserens menghadiri Penobatan Raja Fulur ke-14, Sabtu 8 Juli 2023.
Kedua pimpinan wilayah itu mengajak para Nai, Dato dan Kepala Suku adat Loro Lamaknen untuk merefleksikan peninggalan para leluhur sebagai warisan budaya yang menjadi kebanggaan bersama.
“Kita bangga dengan orang tua kita dulu, yang mana menciptakan suatu budaya yang luar biasa yang dijalankan turun-temurun. Kita perlu bersyukur karena hal itu menjadi kekuatan bagi kita,” ungkap Bupati Belu.
Bupati Belu juga menegaskan, Pemerintah Kabupaten Belu berkomitmen memposisikan lembaga adat untuk dapat berperan dalam setiap pelaksanaan pembangunan.
Ia meyakini warisan budaya ini tetap mengakar kuat di tengah kehidupan masyarakat Belu.
“Kita menghargai dan menghormati lembaga adat ini. Jika kita tidak melestarikan budaya ini, lama kelamaan akan tergerus oleh perkembangan zaman dan pemahaman kita akan warisan budaya ini menjadi dangkal terhadap struktur adat di Kabupaten belu ini,” katanya.
Bupati menuturkan, sejak dahulu kita tahu bahwa dinamika pembangunan ini tidak terlepas dari adagium tiga batu tungku, yakni pemerintah, gereja dan adat, yang saling mengisi dan melaksanakan pembangunan bagi masyarakat.
“Pemerintah juga melibatkan lembaga adat dalam setiap acara kenegaraan di daerah ini, sebagai simbol kebesaran dan kewibawaan. Pemerintah menempatkan posisi adat sebagai hirarki yang tinggi, tidak hanya untuk kepentingan kelompok atau golongan sesaat,” ujar Bupati.
Lanjutnya, Pemerintah berbangga dan berbahagia bisa hadir disini, sebagai bentuk ungkapan penghargaan tertinggi kepada lembaga adat, juga sebagai bukti bahwa pemerintah sangat menghargai adat istiadat.
“Terima kasih kepada seluruh masyarakat Dasarai Lamaknen terhadap usaha pemerintah untuk membangun masyarakat Belu yang Sehat, Berkarakter dan Kompetitif melalui pendidikan, kesehatan, pertanian, peternakan, infrastruktur dan lainnya,” ucap Bupati.
Diakui Bupati Belu bahwa ada pembangunan yang masih kurang, tetapi pemerintah terus berupaya membenahi untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat, termasuk reformasi birokrasi, dalam pelayanan publik.
“Kita akan tetap berjuang agar hal-hal yang masih menjadi kesulitan masyarakat dapat kita selesaikan hingga masa tugas ini, dan selanjutnya kita serahkan kepada masyarakat untuk menilainya,” tandas Bupati.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Bupati Belu, Dr. Aloysius Haleserens mengatakan bahwa simbol kepercayaan dan kehormatan yang diletakkan dibahu Raja Fulur ke-14 ini sebagai tanda tanggungjawab, agar bagaimana bisa mengambil keputusan secara bijaksana dalam membantu mensejahterahkan masyarakat.
“Saya berharap agar 13 suka diwilayah kenaian Fulur selalu menjaga kehormatan dan berpegang teguh kepada tradisi adat di Dasarai Lamaknen. Dalam aspek pembangunan Pemerintah juga tidak bisa berjalan sendiri,, tetapi harus bersinergi dengan lembaga adat,” katanya.
Wabup Belu juga mengajak lembaga adat turut mengambil bagian dalam setiap pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Belu. Hal ini agar pembangunan berkelanjutan dapat terus berjalan demi masa depan Belu yang lebih baik.
“Saya yakin, keterlibatan seluruh elemen masyarakat dalam setiap pembangunan akan memberikan dampak kemajuan bagi daerah ini. Kehadiran pemerintah disini sebagai bentuk komitmen mendukung kerukunan dan kelestarian tradisi adat sebagai norma yang menjadi pedoman kita bersama,” jelas Wabup Aloysius.***